Newsroom & Blog 346

Halte Non-BRT adalah Titik Komunikasi Brand yang Tak Terlihat Tapi Efektif

25 Agustus 2025

Temukan potensi halte non-BRT, media iklan powerful tapi sering terlewatkan. Pelajari bagaimana City Vision membuka ruang komunikasi brand yang strategis.

Di tengah kebisingan dunia digital yang semakin padat, banyak brand berlomba-lomba memperebutkan ruang untuk sekadar “terlihat”. Feed media sosial dipenuhi konten bersponsor, iklan pre-roll video bersaing untuk ditonton sebelum di-skip, dan notifikasi promosi terus membanjiri gawai. Ironisnya, dalam usaha untuk tampil di hadapan audiens, banyak brand justru berisiko tidak benar-benar dilihat, alias tenggelam dalam lautan informasi yang overload.

Padahal di luar layar, dunia nyata menyajikan titik-titik visibilitas yang justru lebih intim dan berdampak. Salah satu titik yang sering kali luput dari radar pengiklan adalah halte non-BRT. Halte non-BRT bukan hanya titik transit, tetapi juga ruang komunikasi yang hadir dalam rutinitas harian masyarakat urban. City Vision mengelola halte non-BRT di titik-titik strategis dengan traffic tertinggi di Indonesia, termasuk koridor ikonik Sudirman–Thamrin (jantung bisnis dan pemerintahan) yang menawarkan high-volume commuter flow serta double your exposure karena dapat menjangkau penumpang dan pengguna jalan sekaligus.

Satu hal yang menarik, karena tidak disorot oleh banyak brand, halte non-BRT justru menyimpan kekuatan besar, yaitu ruang eksklusif yang bebas dari hiruk-pikuk persaingan iklan, namun selalu dilewati, dilihat, dan masuk ke dalam ingatan visual secara alami.

Halte Non-BRT adalah?

Halte Non-BRT adalah

Sebelum masuk lebih dalam, mari kita luruskan dulu. Halte non-BRT adalah bagian dari sistem transportasi Transjakarta, namun berbeda dengan halte BRT (Bus Rapid Transit) yang berada di koridor utama dan biasanya memiliki bangunan khusus lengkap dengan pagar, jalur busway, serta tap-in system.

Halte non-BRT terletak di luar koridor utama, menyatu dengan jalan raya umum, dan digunakan oleh armada Transjakarta non-BRT seperti Metrotrans, Mikrotrans, dan layanan integrasi lainnya. Letaknya tersebar luas di berbagai area strategis Jakarta, mulai dari perumahan padat penduduk hingga kawasan perkantoran yang ramai.

Namun karena tidak memiliki desain mencolok, bentuk shelter-nya terbuka, dan tidak dibatasi pagar, halte ini sering kali “tidak terlihat” sebagai titik branding. Inilah mengapa ia kerap terlewatkan oleh strategi media OOH (out-of-home), padahal secara fungsi dan lokasi, halte non-BRT adalah bagian dari denyut nadi mobilitas warga Jakarta setiap harinya.

Halte BRT memiliki keunggulan high-volume commuter flow karena menjadi titik tumpu perjalanan ribuan penumpang setiap hari, khususnya di area bisnis dan pemerintahan. Double your exposure di halte BRT berarti brand Anda akan dilihat oleh penumpang di dalam halte serta pengguna jalan di sekitarnya.

Justru Karena Tak Terlihat, Maka Ia Efektif!

Di dunia marketing, menjadi yang paling mencolok bukan selalu berarti paling efektif. Halte non-BRT menjadi contoh sempurna dari “low-key exposure” yang justru bekerja sangat baik. Mengapa?

Pertama, karena letaknya berada di jalur padat, halte non-BRT disaksikan oleh pengguna jalan, pejalan kaki, pengendara motor, pengemudi ojek online, dan komuter setiap hari. Bahkan, sering kali mereka “terjebak” di sekitar halte karena kemacetan. Dalam kondisi tersebut, mata audiens cenderung menjelajah lingkungan sekitar, dan iklan di halte non-BRT menjadi objek visual yang sulit dihindari.

Iklan yang terpajang di halte non-BRT tidak bisa di-skip. Ia hadir secara konsisten, menemani waktu tunggu, atau bahkan waktu lelah dalam perjalanan. Ini menjadikannya media yang kuat untuk menciptakan repetition exposure (salah satu elemen penting dalam membangun brand recall yang efektif).

Media Iklan yang Terbuka, Tapi Tidak Terlalu Ramai

Jika kita membandingkan dengan titik iklan digital atau billboard besar di persimpangan padat, halte non-BRT menawarkan sesuatu yang unik, yaitu visual space yang “bersih” dari kebisingan konten lain. Ia tidak perlu bersaing dengan lima brand sekaligus dalam satu feed atau tampil berdampingan dengan iklan kompetitor.

Halte non-BRT memberikan ruang eksklusif untuk satu brand dalam satu waktu. Ini menciptakan efek premium secara visual dan psikologis. Ketika sebuah brand mampu hadir di titik yang “understated” namun nyata, pesan yang ditangkap audiens adalah brand ini percaya diri, relevan, dan tahu cara menjangkau audiensnya dengan cerdas.

Tidak semua brand bisa tampil di ruang fisik seperti ini. Butuh strategi, kepercayaan diri, dan tentu saja partner yang memahami lanskap media luar ruang dengan sangat baik.

City Vision: Membuka Potensi Halte Non-BRT untuk Brand Anda

Halte Non-BRT adalah

Di sinilah peran City Vision menjadi sangat krusial. Sebagai satu-satunya operator resmi media halte Transjakarta, City Vision memiliki akses langsung dan legal untuk mengelola titik-titik halte non-BRT yang tersebar strategis di seluruh Jakarta.

Dengan pendekatan end-to-end, City Vision tidak hanya menawarkan ruang iklan, tetapi juga membantu brand dalam seluruh proses. Mulai dari pemetaan lokasi yang sesuai target audiens, pengurusan izin, desain dan produksi materi, hingga pemasangan dan perawatan media.

Dengan pengalaman, teknologi, dan jaringan yang solid, City Vision mampu mengubah halte non-BRT dari sekadar titik transit menjadi media komunikasi premium yang efektif dan berdampak. Ini bukan hanya tentang visibilitas, tapi juga tentang menghadirkan brand Anda di tempat yang tepat, dengan cara yang benar, kepada audiens yang paling relevan.

1. Jakarta: Sudirman–Thamrin, Pusat Exposure Premium

Sudirman–Thamrin adalah koridor dengan arus kendaraan dan pejalan kaki tertinggi di Indonesia. City Vision menghadirkan aset halte non-BRT di titik ini, memberikan peluang visibilitas luar biasa bagi brand Anda.

Dengan lalu lintas bisnis, pemerintahan, dan hiburan yang padat, kampanye di koridor ini dapat menjangkau audiens berkualitas tinggi setiap hari, sepanjang tahun.

2. Bogor: Fokus di Area Stasiun

Di Bogor, City Vision memposisikan aset halte non-BRT di area sekitar stasiun (titik mobilitas utama yang digunakan oleh ribuan komuter setiap harinya). Paparan di lokasi ini memungkinkan brand menjangkau audiens dalam momen yang tepat, yaitu saat mereka berangkat atau pulang bekerja.

3. Bekasi: Lokasi di Titik Traffic Tertinggi

Bekasi dikenal sebagai salah satu kota penyangga Jakarta dengan arus lalu lintas yang padat. Aset halte non-BRT City Vision berada di titik dengan traffic tertinggi di area Bekasi, memastikan brand Anda mendapatkan eksposur maksimal dari pengguna kendaraan dan penumpang transportasi umum.

Baca juga: Jurus Iklan di Kereta, Tampil Konsisten Bersama City Vision

Komunikasi Brand yang Tertanam di Jalur Komuter

Salah satu kekuatan unik dari halte non-BRT adalah keberadaannya di jalur komuter harian. Ini berarti, orang yang melewati atau menggunakan halte tersebut kemungkinan besar akan melihat iklan yang sama setiap pagi dan sore (setiap hari kerja, sepanjang tahun).

Dalam dunia periklanan, ini menciptakan efek brand familiarity yang sangat kuat. Paparan berulang dalam konteks rutinitas menciptakan kedekatan emosional, bahkan tanpa disadari. Brand bukan hanya dikenal, tapi terasa akrab, dan dalam jangka panjang ini akan mendorong konversi, loyalitas, bahkan advokasi.

Dengan kata lain, halte non-BRT adalah titik kecil yang memiliki potensi besar dalam strategi komunikasi brand, terutama bagi mereka yang ingin membangun koneksi jangka panjang dengan segmen urban commuter yang sangat potensial.

Baca juga: Cara Cerdas Menangkap Peluang Investasi Media Luar Ruang

Waktunya Brand Anda Hadir di Tempat yang Jarang Dilirik, Tapi Selalu Dilewati!

Brand besar tidak selalu bersinar di tempat terang. Terkadang, kehadiran paling berdampak justru ada di ruang-ruang yang tampak biasa, namun memiliki kekuatan luar biasa. Halte non-BRT adalah ruang seperti itu.

Ia tidak mencolok, tidak diperebutkan, dan tidak ramai. Tapi ia nyata, konsisten, dan hadir di tengah rutinitas audiens Anda. Jika brand Anda ingin membangun koneksi yang lebih dalam dan tahan lama, saatnya mempertimbangkan strategi yang strategis.

City Vision siap menjadi mitra Anda dalam membuka ruang-ruang komunikasi yang powerful di Jakarta, mulai dari halte non-BRT hingga media luar ruang premium lainnya. Segera eksplorasi potensi halte non-BRT bersama City Vision dan buka jalur komunikasi baru yang lebih efektif dan penuh potensi.

Back To Newsroom & Blog
Research & Insight ID Others

Explore Other News & Media