Bicara soal advertising shelter TransJakarta, banyak brand langsung membayangkan biaya besar yang hanya bisa dijangkau oleh perusahaan-perusahaan dengan anggaran pemasaran miliaran rupiah. Terlebih jika lokasinya berada di pusat kota Jakarta, siapa yang tak ingin brand-nya terpampang di tengah hiruk-pikuk ibukota? Tapi di sisi lain, banyak pelaku bisnis kecil hingga menengah mundur sebelum bertarung, karena menganggap iklan luar ruang (OOH/Out of Home) itu pasti mahal.
Bayangkan sebuah brand lokal, misalnya merek minuman herbal atau fashion rumahan, yang ingin menjangkau khalayak urban di Jakarta. Mereka punya cerita menarik, desain produk yang estetik, dan semangat untuk berkembang. Sayangnya, keterbatasan anggaran membuat mereka enggan mempertimbangkan OOH sebagai kanal promosi. Padahal, kenyataannya tidak selalu seperti itu.
Masih ada titik-titik strategis di Jakarta yang bisa dijadikan media iklan dengan biaya lebih efisien, namun tetap berdampak besar. Salah satunya? Shelter TransJakarta non-BRT, titik-titik perhentian yang tersebar di jantung mobilitas warga, namun belum banyak dijadikan primadona iklan.
Sering kali, halte non-BRT dianggap sebagai lokasi “pinggiran” karena tidak berada di jalur utama bus dengan koridor eksklusif. Tapi coba perhatikan lebih saksama. Banyak shelter non-BRT berada di lingkungan padat aktivitas, dekat sekolah, pasar tradisional, kawasan hunian padat, hingga kantor pemerintahan.
Inilah lokasi-lokasi yang sebenarnya menjadi pola pergerakan utama masyarakat sehari-hari. Bukan sekadar koridor ekspres yang dilalui oleh pekerja commuter, titik-titik ini menjadi simpul tempat warga naik-turun, menunggu kendaraan, bahkan berjalan kaki di sekitarnya.
Dengan kata lain, advertising shelter TransJakarta non-BRT justru hadir di titik-titik dengan keterlibatan sosial tinggi, di mana warga benar-benar hidup, bergerak, dan berinteraksi.
Salah besar jika menganggap iklan di shelter non-BRT adalah opsi “kelas dua”. Justru sebaliknya. Format visual yang digunakan tetap modern dan eksklusif, dengan kualitas display premium, desain bersih, dan pencahayaan optimal. Dalam hal visual dan impresi, media ini setara dengan titik-titik OOH lainnya.
Hal yang membedakan adalah efisiensi biayanya. Brand bisa tampil mencolok di ruang publik Jakarta, tanpa harus mengalokasikan anggaran sebesar papan reklame di flyover atau LED megatron di bundaran kota.
Inilah mengapa banyak brand menengah mulai menjadikan shelter non-BRT sebagai first step untuk merambah dunia OOH. Medium yang memungkinkan eksplorasi narasi brand di ruang fisik, tanpa harus langsung “bermain di liga atas”.
Kenapa justru advertising shelter TransJakarta non-BRT bisa lebih efektif dibanding titik OOH lainnya? Ada beberapa alasan kuat:
Baca juga: Solusi Cerdas Raih ROI Media Luar Ruang ala City Vision
Jika bicara tentang iklan di shelter TransJakarta (baik BRT maupun non-BRT), City Vision adalah satu-satunya operator resmi yang memiliki hak eksklusif untuk pengelolaan titik-titik ini.
Lebih dari sekadar media, City Vision membawa pendekatan strategis berbasis pemetaan mobilitas urban. Mereka tidak sekadar menempatkan iklan di lokasi, tapi memahami konteks sosial, demografi, dan pergerakan warga di sekitar shelter tersebut.
Beberapa keunggulan lain dari City Vision:
Dengan semua kemudahan itu, brand tinggal fokus pada narasi dan pesan yang ingin disampaikan. City Vision yang mengurus sisanya.
Dibanding kanal iklan lain yang hanya bisa dijangkau oleh segelintir brand besar, shelter non-BRT adalah medium yang lebih demokratis. Brand kecil hingga menengah bisa tampil dengan jangkauan luas, biaya terkontrol, dan impact nyata.
Lebih dari sekadar tampil, brand juga bisa membangun kedekatan dengan komunitas lokal. Ketika iklan hadir di tengah lingkungan warga (bukan sekadar melintas cepat di tol), pesan brand terasa lebih personal dan relevan.
Shelter non-BRT mengubah cara pandang kita terhadap OOH. Bukan hanya soal impresi visual, tapi tentang bagaimana brand bisa hadir lebih manusiawi, menyatu dengan keseharian warga Jakarta.
Baca juga: Tampil Eksklusif dengan Billboard Premium City Vision
OOH bukan lagi ranah eksklusif milik korporasi besar. Dengan hadirnya opsi seperti advertising shelter TransJakarta non-BRT, kini semua brand punya peluang untuk terlihat dan terasa dekat di ruang publik.
Bagi brand yang ingin membangun kehadiran secara konsisten, efisien, dan penuh makna, shelter non-BRT adalah jalur cerdas untuk memulai. Tak perlu menunggu budget miliaran, cukup strategi yang tepat dan narasi yang kuat.
Ingin tahu titik-titik terbaik untuk brand Anda? Konsultasikan sekarang bersama City Vision dan mulai hadir di tengah mobilitas warga Jakarta.