Banyak orang mengenal halte TransJakarta yang berada di jalur khusus busway, namun belum semua paham apa itu halte non BRT. Halte non BRT adalah titik pemberhentian bus TransJakarta yang berada di luar koridor jalur khusus, biasanya menyatu dengan trotoar atau area publik. Lokasinya sering berada di jalan-jalan strategis yang dilewati banyak kendaraan dan pejalan kaki, sehingga memiliki potensi tinggi sebagai media iklan luar ruang (OOH).
Dibandingkan halte BRT, halte non-BRT TransJakarta justru lebih dekat dengan aktivitas sehari-hari masyarakat. Hal ini membuatnya menjadi lokasi iklan yang mudah dilihat, baik oleh penumpang bus maupun pengguna jalan lainnya. Dengan memanfaatkan titik-titik halte ini, brand Anda bisa mendapatkan jangkauan audiens yang luas tanpa harus bergantung pada spot iklan di pusat kota saja.
Bagi banyak pebisnis, memahami apa itu halte non BRT bisa membuka peluang promosi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Halte non-BRT adalah fasilitas pemberhentian bus TransJakarta yang berada di luar jalur khusus Bus Rapid Transit (BRT).
Secara sederhana, halte non-BRT adalah halte reguler yang tidak termasuk dalam koridor utama TransJakarta. Halte ini digunakan oleh berbagai angkutan umum seperti mikrotrans, bus kota, atau angkot, yang menjadi penghubung mobilitas warga di area lokal.
Lokasinya biasanya strategis dan ada di tengah pusat aktivitas masyarakat, sehingga ideal untuk menampilkan iklan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Banyak halte non-BRT berada di dekat sekolah, pasar tradisional, pemukiman padat, tempat ibadah, hingga area niaga kelas menengah.
Tanpa disadari, halte ini menjadi bagian dari ritme harian warga, bukan sekadar titik tunggu melainkan juga titik temu dalam perjalanan mereka.
Pertama, halte non-BRT adalah media iklan yang tidak bisa dihindari. Penumpang yang menunggu akan menghabiskan waktu 5 hingga 15 menit di lokasi ini, memberi iklan kesempatan tayang alami tanpa gangguan. Ini adalah momen di mana perhatian audiens fokus pada lingkungan sekitar.
Kedua, lokasi halte non-BRT nyata dan relevan. Iklan hadir di tengah komunitas, bukan di area yang hanya dilihat sekilas dari kejauhan. Format ini sangat cocok untuk brand FMCG, kebutuhan harian, layanan publik, hingga kampanye sosial.
Ketiga, halte non-BRT menawarkan dominasi visual di lingkungan yang minim distraksi. Di sini, iklan memiliki panggung utama tanpa harus bersaing dengan layar digital lain atau gempuran konten online.
Keempat, daya jangkau massal hadir dengan biaya yang lebih terukur. Dibandingkan LED besar di pusat kota, halte non-BRT memberikan visibilitas tinggi dengan harga yang lebih ramah, ideal untuk strategi long-term awareness.
Brand besar tahu cara terlihat megah, tetapi brand cerdas tahu di mana harus hadir untuk membangun hubungan yang autentik. Beriklan di halte non-BRT TransJakarta berarti menempatkan pesan Anda di titik nyata kehidupan publik, bukan hanya di ruang digital yang penuh distraksi. Di sinilah audiens bisa melihat brand Anda secara langsung, tanpa bisa “skip” seperti di iklan online.
Iklan Tak Terlewatkan (Unskippable Ads): Orang yang lewat akan langsung melihat pesan Anda, tanpa opsi melewatinya.
Meningkatkan Kredibilitas Brand (Brand Authority): Tampil di ruang publik memperkuat kesan bahwa brand Anda besar, percaya diri, dan kredibel.
Kedekatan Emosional dengan Audiens (Humanized Brand Flexing): Kehadiran brand di lokasi yang relevan membuatnya terasa lebih manusiawi dan membumi.
Dengan pendekatan ini, iklan Anda tidak hanya memberikan exposure, tetapi juga menjadi bagian dari rutinitas harian masyarakat. Memahami apa itu halte non BRT dan memanfaatkannya secara tepat dapat membantu brand membangun koneksi yang lebih dalam, meningkatkan brand recall, dan pada akhirnya memenangkan hati audiens lokal.
Baca juga: Mengenal Berbagai Jenis Papan Reklame Digital dan Cara Memilih yang Tepat
City Vision memahami bahwa peta rute sama pentingnya dengan peta strategi. Kami menyediakan titik-titik placement iklan yang terkoneksi langsung dengan rute busway non-BRT, memanfaatkan pengetahuan tentang pola lalu lintas lokal untuk mengoptimalkan setiap impresi. Prinsipnya sederhana: penempatan iklan tidak hanya soal berada di pusat kota, tetapi tepat di jalur yang dilalui audiens Anda setiap harinya.
Dengan pengalaman dalam mengelola halte non-BRT TransJakarta sebagai media OOH, City Vision memastikan kampanye Anda menjangkau audiens yang tepat di waktu yang tepat. Armada TransJakarta yang menghubungkan halte-halte ini juga berfungsi sebagai “billboard bergerak”, memperluas eksposur brand Anda ke seluruh jaringan transportasi publik terbesar di dunia.
Untuk memenangkan hati audiens, brand harus hadir di setiap putaran roda aktivitas mereka. Halte non-BRT adalah pintu masuk untuk membangun kedekatan yang nyata, bukan sekadar visibilitas sementara.
Jika brand Anda ingin hadir lebih dekat dalam kehidupan warga kota, kini saatnya melirik halte non-BRT sebagai media yang strategis dan relevan. Hubungi tim City Vision hari ini, dan mulai rancang strategi iklan OOH modern yang memanfaatkan teknologi digital, WiFi tracking, dan integrasi O2O untuk hasil yang lebih terukur dan berdampak.