Pernahkah Anda memperhatikan iklan yang melintas di jalanan saat macet di Jakarta? Sebuah bus TransJakarta lewat, menampilkan visual brand yang mencolok di badan kendaraannya. Warna-warna terang, slogan menarik, dan desain kreatifnya mencuri perhatian, namun hanya untuk beberapa detik. Dalam sekejap, bus itu melaju menjauh, dan iklan itu pun lenyap dari pandangan, bahkan mungkin dari ingatan.
Itulah tantangan terbesar dari iklan bus TransJakarta dan media luar ruang (OOH) secara umum di kota besar. Di tengah hiruk-pikuk visual yang memenuhi kehidupan urban, sekadar “terlihat” belum tentu cukup. Banyak brand berlomba-lomba hadir di badan bus, berharap menjangkau ribuan mata setiap hari. Namun tanpa strategi penguatan yang tepat, pesan mereka hanya menjadi satu dari ratusan stimulus visual yang berseliweran di mata audiens (terlihat, tapi tidak diresapi).
Ibarat berbicara di tengah pasar yang riuh, pesan yang hanya terdengar sekali mudah tenggelam di antara kebisingan. Brand butuh lebih dari sekadar satu momen tampil. Mereka perlu membangun koneksi yang kuat dan berulang, menghadirkan pesan yang bukan hanya disaksikan, tapi juga membekas.
Di sinilah pentingnya berpikir ulang tentang cara menyampaikan pesan melalui iklan bus TransJakarta. Bukan hanya sebagai media bergerak, tapi sebagai bagian dari strategi terpadu yang cerdas. Salah satu cara paling efektif? Mengkombinasikan iklan bus TransJakarta dengan media statis di halte Non-BRT (titik tunggu yang strategis, sering dilewati, dan memiliki potensi visibilitas tinggi, terutama di kawasan Sudirman–Thamrin, koridor dengan traffic tertinggi di Indonesia).
Meskipun tantangannya besar, iklan di badan bus TransJakarta tetap menjadi salah satu media OOH yang efektif. Kenapa? Karena bus adalah media bergerak yang menjangkau rute luas, melintasi kawasan padat aktivitas, dan yang paling penting, tidak bisa di-skip.
Inilah kekuatan utama dari Unskippable Ads. Di saat masyarakat semakin kebal terhadap iklan digital yang bisa mereka lewati dengan satu klik, iklan di bus hadir secara alami dalam pandangan mereka, bahkan saat tidak sedang menatap layar.
Namun, ada satu kelemahan mendasar, yaitu sifatnya yang mobile membuat waktu tayang iklan menjadi singkat. Audiens hanya punya beberapa detik untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, agar eksposur ini berubah menjadi ingatan yang tertanam, dibutuhkan strategi penopang yang mampu memperkuat impresi visual secara konsisten.
Di sinilah halte non-BRT memainkan peran krusial. Tidak seperti bus yang terus bergerak, halte non-BRT adalah media OOH statis yang menjadi titik jeda dalam rutinitas warga kota. Di tempat inilah orang-orang berhenti sejenak, menunggu transportasi, dan mulai memperhatikan sekeliling.
Ketika seseorang sebelumnya melihat iklan brand di badan bus, lalu beberapa menit kemudian berdiri di halte dengan visual brand yang sama, terjadi pengulangan visual yang powerful. Efek ini dikenal sebagai reinforcement effect, di mana paparan berulang dari berbagai media yang saling mendukung memperkuat daya ingat audiens terhadap brand.
Halte non-BRT memberikan ruang bagi brand untuk memperjelas pesan, menampilkan detail yang mungkin terlewat saat dilihat di bus yang sedang bergerak.
Menggabungkan iklan di bus TransJakarta dengan halte non-BRT bukan sekadar soal menambah frekuensi tayang. Ini tentang membangun ekosistem visual di mana audiens melihat brand Anda di berbagai titik, dalam berbagai konteks, namun dengan pesan yang konsisten.
Kombinasi ini menciptakan perjalanan visual yang seamless:
Lebih jauh lagi, strategi terpadu ini mendorong terjadinya Offline-to-Online Integration. Ketika seseorang sering melihat brand secara offline, ada kecenderungan untuk mencari tahu lebih lanjut secara online. Kombinasi bus dan halte menciptakan trigger yang meningkatkan curiosity audiens hingga akhirnya mereka melakukan pencarian digital.
Baca juga: Transit KRL Sebagai Kanal Iklan Efektif: Solusi Brand Tampil
Mengelola kampanye OOH terpadu seperti ini bukan perkara mudah. Dibutuhkan sinergi kuat antara media bergerak dan media statis agar pesan yang disampaikan tetap selaras dan tidak kehilangan fokus.
City Vision adalah satu-satunya partner yang mengelola dua elemen kunci ini secara langsung:
Keunggulan City Vision:
Eksklusivitas ini menjadi nilai lebih, karena tampil di media City Vision berarti brand Anda tampil sebagai pemain utama, bukan sekadar pengisi slot.
Baca juga: Jurus Iklan di Kereta, Tampil Konsisten Bersama City Vision
Di era di mana perhatian audiens begitu terbagi, brand harus lebih cerdas dalam membangun strategi OOH. Tampil di jalanan saja tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah kehadiran visual yang kuat, konsisten, dan terus-menerus memperkuat ingatan audiens dari berbagai sisi.
Kombinasi bus TransJakarta dan halte Non-BRT adalah strategi efektif untuk membangun brand recall yang kuat. Hubungi City Vision sekarang untuk mengintegrasikan kampanye Anda di media bergerak dan statis di titik strategis kota, dan jadikan brand Anda bagian dari denyut kehidupan urban.