Setiap hari, Jakarta menghadapi tantangan yang sama yaitu kemacetan, polusi, dan lonjakan mobilitas warga kota. Mulai dari pagi hingga malam, jalan-jalan utama dipenuhi kendaraan pribadi yang menambah kepadatan. Di sisi lain, kebutuhan akan transportasi publik yang efisien dan nyaman semakin meningkat.
Namun di tengah hiruk-pikuk ibu kota ini, ada satu masalah lain yang sering dirasakan oleh para pelaku bisnis. Kira-kira, di mana sebaiknya brand tampil agar benar-benar terlihat oleh masyarakat Jakarta yang super sibuk ini?
Banyak brand berlomba-lomba mencari media iklan outdoor yang bukan hanya mencolok, tapi juga efektif menjangkau audiens harian. Billboard di jalan protokol memang menarik, tapi exposure-nya terbatas pada satu titik. Sementara itu, media digital sering kali terlewat karena audiens bisa dengan mudah melewati iklan mereka.
Pertanyaannya, kalau transportasi adalah denyut nadi kota, bukankah di sanalah brand seharusnya ikut hadir, menemani pergerakan warga setiap hari?
Untuk memahami sistem transportasi publik Jakarta secara menyeluruh, penting untuk mengenal dua jenis layanan utama yang mendukung mobilitas kota, yaitu halte BRT (Bus Rapid Transit) dan halte Non-BRT.
Dengan kombinasi BRT dan Non-BRT, transportasi publik Jakarta menjadi lebih inklusif dan efisien, menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas dengan jangkauan yang saling melengkapi.

Sumber: City Vision
Non BRT Jakarta kini memiliki armada dalam jumlah besar yang melayani berbagai rute di seluruh wilayah kota. Jangkauannya luas, mulai dari kawasan bisnis, pusat perbelanjaan, area residensial, hingga destinasi wisata populer.
Dengan rute yang fleksibel, Non BRT berperan penting dalam mendistribusikan penumpang dari dan menuju koridor utama BRT, membantu mengurai kepadatan dan menciptakan sistem transportasi publik yang lebih efisien.
Selain itu, bus Non BRT menjadi wajah transportasi publik yang modern dan inklusif. Desainnya nyaman, tarifnya terjangkau, dan konsepnya sejalan dengan visi Jakarta menuju kota berkelanjutan.
Setiap hari, ribuan penumpang naik dan turun bus Non BRT, angka yang menggambarkan besarnya peluang bagi brand untuk dilihat oleh audiens yang benar-benar nyata dan konsisten.
City Vision menghadirkan media iklan di halte dan armada BRT yang berlokasi strategis di koridor utama bisnis dan pemerintahan Jakarta.

Sumber: City Vision
Untuk Non-BRT, City Vision menawarkan jangkauan yang lebih fleksibel dengan titik-titik strategis di area Sudirman-Thamrin, kawasan dengan traffic tertinggi di Indonesia.
Dengan kombinasi BRT dan Non-BRT, City Vision memastikan brand Anda hadir di titik-titik paling hidup di Jakarta, di mana pergerakan dan interaksi masyarakat berlangsung tanpa henti.
Baca juga: Bus Non BRT: Media Iklan yang Tak Bisa Di-Skip di Jakarta
Selain di Jakarta, City Vision juga memperluas jangkauan medianya hingga ke wilayah penyangga, seperti Bogor dan Bekasi, dua area dengan potensi mobilitas harian yang sangat tinggi.
Dengan positioning yang kuat di tiga area metropolitan (Jakarta, Bogor, dan Bekasi) City Vision membantu brand menjangkau audiens urban terbesar di Indonesia, secara konsisten dan terukur.
Baca juga: Maksimalkan Bus Shelter Advertising, Gaet Perhatian Publik!
Di tengah transformasi mobilitas kota Jakarta, Non BRT menjadi simbol perubahan menuju transportasi publik yang ramah lingkungan, efisien, dan inklusif. Namun dibalik perannya sebagai alat mobilitas, Non BRT juga menawarkan potensi besar bagi brand untuk hadir lebih dekat dengan masyarakat.
Bersama City Vision, setiap armada Non BRT dapat berubah menjadi media iklan premium yang berjalan seiring ritme kota (efektif, kreatif, dan tak terlewatkan).
Saat Jakarta bergerak dengan Non BRT, pastikan brand Anda ikut bergerak bersamanya. Tunggu apa lagi, bangun awareness dan kehadiran yang kuat melalui strategi OOH transportasi publik bersama City Vision! Karena di jalanan kota, visibilitas adalah segalanya.